"Pangeran Kelinci"
Siang itu, tepatnya
di Taman Kelinci. Aku dan Reina sedang asyik bermain bersama kelinci-kelinci yang
ada disana. Kelinci-kelinci itu sangat lucu, ingin sekali aku membawa pulang
kelinci-kelinci itu.
Panasnya terik matahari tidak mengurangi kebahagiaanku
bersama Reina yang sedang asyik bermain.
“Waaaw, coba liat Ri! Kelincinya sangat lucu. Ingin
sekali aku membawanya kerumah.” Reina terlihat sangat menginginkan kelinci itu
“Iya Rei, aku pun sama. Ingin sekali membawanya kerumah. Nyaman
rasanya berada disini, di temani kelinci-kelinci yang begitu lucu.”
(Sambil menikmati keindahan
di Taman Kelinci)
“Kalau begitu, kapan-kapan kita main lagi kesini ya.”
“Oke sip. Sekarang kita pulang yuk! Udah sore nih
kayaknya.” Ajakku kepada Reina
Hari sudah mulai
gelap. Aku dan Reina pun meninggalkan tempat
itu, dengan mencium satu-persatu kelinci itu.
(Kami pun meninggalkan
Taman Kelinci)
Setibanya dirumah, kami langsung masuk ke kamar
masing-masing. Kebetulan kamar Reina bersebelahan dengan kamarku. Aku dan Reina
adalah saudara kembar. Umur Reina lebih muda dari umurku.
(Saat larut malam)
Tiba-tiba ….
“Rianiiiii,
cepat buka pintunya! Aku ingin masuk.” Teriak Reina sambil mengetuk pintu
kamarku
“Sebentar
Rei, aku sedang di kamar mandi.” jawabku
Reina sepertinya ketakutan, entah ada apa. Dia
terus-menerus mengetuk pintu kamarku. Kebetulan Ayah dan Ibu sedang pergi ke
luar kota, jadi dirumah tinggal kami berdua.
(Saat kubuka pintu)
“Ada apa Rei? Kenapa harus teriak-teriak sih? Berisik
tau!.”
“Ta..ta..di diluar terdengar ada yang mengetuk pintu.”
(Reina terlihat sangat
ketakutan)
“Siapa? Terus kenapa itu kamu membawa kelinci kesini?
Bukannya itu kelinci tadi siang?” tanyaku
“Makanya aku teriak-teriak Ri, pas aku membuka pintu tidak
ada siapa-siapa diluar, yang aku lihat hanya seekor kelinci putih. Pokonya malam
ini aku harus tidur di kamar kamu (titik).” Nada memaksa
“Ya sudah, cepat masuk! Simpan kelinci itu di ujung dekat
pintu. Kita kembalikan kelinci itu besok sepulang dari Kampus.”
Keesokan harinya, saat aku bangun. Reina masih terlelap
tidur, kemudian aku melihat ke ujung dekat pintu, tidak terlihat seekor kelinci
putih.
“Banguuuuun Rey!”
aku berteriak
“Ada apa Riani? Masih pagi sudah teriak-teriak.”
“Coba lihat kesana!”
(Menunjuk ke ujung dekat
pintu)
“Loh!
Kelincinya kemana Ri?” Reina terlihat kaget
“Itu yang mau aku tanyakan sama kamu, kamu bawa kemana
kelinci itu?”
“Kenapa jadi nyalahin aku Ri? Kan semalam aku langsung
tidur sama kamu.” Jelas Reina
“Ya
sudah, sekarang kamu cepat mandi! Nanti sepulang dari Kampus kita lihat ke
Taman Kelinci.”
“Siap!”
jawab Reina
(Reina pun pergi ke kamar mandi)
Sepulang dari Kampus, aku dan Reina langsung menuju Taman
Kelinci. Saat tiba disana, terlihat kelinci-kelinci itu menyambut kedatangan
kami. Setibanya di lokasi tempat kami bermain kemarin, terlihat kelinci putih
yang semalam ada dirumah.
“Ri, coba lihat kelinci itu!”
(Menunjuk kearah kelinci
putih)
“Iya, itu kelinci semalam yang ada dirumah. Kok bisa ada
disini ya?” tanyaku
“Mana aku tau? Semalaman kelinci itu sudah membuat aku
ketakutan, sekarang malah membuat aku kebingungan.” Reina mulai kebingungan
“Ya sudah, setidaknya kita sudah memastikan ke tempat
ini. Sekarang kita pulang saja. Kelinci itu sudah aman sekarang.” Ajakku kepada
Reina
Siang berganti malam, Ayah dan Ibu masih di luar kota
untuk menjalankan tugas kantor. Saat aku terlelap tidur, tiba-tiba aku
bermimpi. Ada seekor kelinci putih mendatangiku, kemudian kelinci putih itu
berubah menjadi seorang Pangeran yang sangat tampan dengan menggunakan pakaian
kerajaan. Pangeran itu menyapaku dengan tutur kata yang begitu lembut.
“Wahai
Bidadariku. Apakabarmu disana?” sapa sang Pangeran
“Wahai
Pangeran, siapakah kamu sebenarnya?” tanyaku
“Masih ingatkah kamu, saat hendak menciumku?”
“Apa? Mencium? Aku tidak pernah mencium siapapun, apalagi
mencium Pangeran tampan sepertimu.”
Matahari mulai bersinar, membangunkanku dari mimpi
semalam. Aku terbangun dan langsung menuju kamar mandi.
(Saat aku keluar kamar)
Sudah terlihat
Reina sedang sarapan. Saat aku melihat kebawah meja, terlihat seekor kelinci
putih itu.
(Aku mendekat kearah
meja, sambil membawa kelinci putih itu)
“Rei, kenapa kelincinya bisa ada disini lagi?” tanyaku
kebingungan
“Iya Ri, jadi begini ceritanya. Semalam saat kamu sedang
tidur, aku mendengar suara ketukan pintu lagi. Saat aku buka, seperti malam
kemarin tidak ada siapa-siapa di luar, tetapi hanya ada seekor kelinci. Kali
ini aku tidak ketakutan, karena ini sudah yang kedua kalinya dan aku memutuskan
untuk menyimpan kelinci ini di kamar. Sengaja aku bawa keluar, karena akan aku
beri makan.” Jelas Reina
(Reina membawa kelinci
itu dari tanganku)
“Kamu tidak ada rencana untuk mengembalikan kelinci itu?”
tanyaku
“Sepertinya tidak. Akan aku rawat kelinci ini.”
“Baiklah,
aku akan ikut merawat kelinci itu.”
Kami berdua berangkat ke Kampus menggunakan mobil
pribadi, tanpa membawa kelinci putih itu. Seperti hari-hari biasanya, hari ini
jadwal Reina yang menyetir. Saat di perjalanan, aku menceritakan tentang
mimpiku semalam kepada Reina.
(Saat diperjalanan)
“Haha seriusan lo Ri?” nada mengejek
“Serius
Rei, aku memimpikan kelinci putih itu.” Mencoba menjelaskan
“Ah
kamu. Parno banget sih, sampai harus terbawa mimpi.”
Setibanya
di Kampus aku dan Reina melakukan pembelajaran seperti biasanya.
Saat
perjalanan pulang, terasa ada yang aneh. Sepanjang perjalanan seperti ada yang
mengikuti. Saat melewati Taman Kelinci, aku meminta Reina untuk berhenti.
Tetapi Reina ingin cepat pulang. Setelah aku paksa, akhirnya Reina mengalah.
(Kami berhenti di Taman Kelinci)
“Jangan
lama-lama ya Ri!”
“Iya
Rei, tidak akan lama kok.”
“Ya
sudah, ayo kita masuk.”
“Asiikkk.
Makasih banyak Rei.” Aku sangat senang
Aku
dan Reina masuk ke Taman Kelinci, di bangku tepatnya di bawah pohon beringin
yang sangat besar terlihat sosok lelaki yang sedang asyik bermain dengan
kelinci.
(Saat aku mendekat, tanpa menimbulkan
suara)
Ya Tuhan. Dia adalah
Pangeran yang datang ke mimpiku semalam.
“Rei, kamu ingat dengan
mimpiku semalam yang aku ceritakan tadi pagi?”
“Iya, aku ingat. Emangnya
kenapa Ri? Tanya Reina
“Coba lihat lelaki itu.”
(Menunjuk kearah lelaki yang sedang duduk
dibangku)
“Dia adalah Pangeran yang
datang ke mimpiku semalam.” jelasku
“Wah? Seriusan kamu Ri? Coba
kamu tanya, temui dia.” Rei menyuruhku mendekati lelaki itu
“Baik akan aku coba.”
(Aku pun memberanikan diri untuk menemuinya)
Lelaki itu memakai
pakaian kerajaan yang dia kenakan saat berada di mimpiku. Saat aku hendak
menyapa. Tiba-tiba …
“Ayo
kemari, duduklah di sampingku.” Terdengar suara yang sangat lembut dari arah
lelaki itu
“Kenapa kamu bisa tau ada
aku di belakangmu?”
“Aku
bisa merasakannya.” Jelas lelaki itu
(Aku pun duduk di sampingnya)
Lelaki itu sangat tampan,
wajahnya bercahaya dan tubuhnya sangat gagah. Perasaanku tidak karuan saat
berada didekatnya. Tidak lama kemudian …
“Ada
apa kamu kesini? Kamu masih belum ingat siapa yang kamu cium?” lelaki itu
membuka pembicaraan
Aku
terdiam, aku bingung kenapa perkataan lelaki itu sama percis dengan yang di
mimpi.
“Kenapa
diam? Tidak usah bingung, aku Pangeran yang datang ke mimpimu semalam.”
“Lalu
mau apa kamu datang ke mimpiku?”
“Kamu
ingat dua hari yang lalu? Saat kamu bersama adikmu bermain disini?”
“Ya
aku ingat, lalu apa hubungannya dengan mimpi itu?”
“Kamu
ingat siapa yang pertama kali kamu cium disini?” mencoba menjelaskan
(Terdiam sejenak, mengingat kejadian dua
hari yang lalu)
“Oh
iya. Seingat aku, hanya kelinci putih yang aku cium.”
“Asalkan
kamu tau, kelinci putih yang kamu cium itu adalah aku.” Jelas sang Pangeran
“Hah!
Apa? Tidak mungkin.”
Aku sangat kaget, saat
mendengar penjelasan darinya. Ternyata kelinci putih yang sangat lucu itu
adalah seorang Pangeran tampan.
“Kamu
tidak usah takut, kelinci itu memang aku. Asalkan kamu tau juga, kamu adalah
orang yang pertama kali menciumku.”
(Sambil memegang tanganku)
“Aku
minta maaf, atas kelancanganku Pangeran.” Sambil menangis
“Kamu
jangan khawatir, dan kamu jangan bersedih.”
(Pangeran pun mengusap air mataku)
“Pada saat kamu
menciumku, sebenarnya kamu telah membantuku menghilangkan kutukan ini. Sehingga
aku bisa berubah wujud menjadi manusia kembali, setelah beberapa tahun menjadi
seekor kelinci.”
“Apa? Kutukan?”
“Ya, Kutukan. Aku sangat
berterimakasih kepadamu. Itu alasanku kenapa aku datang kedalam mimpimu.”
Pangeran terus menjelaskan yang sebenarnya
“Lalu
sekarang aku harus bagaimana?”
(Masih terus menangis, karena rasa
bersalah)
“Untuk
membayar semuanya. Maukah kamu menjadi Ratu di Kerajaanku? Maukah kamu menikah
denganku dan ikut bersamaku ke Istana?”
(Sambil berlutut dan menggenggam kedua
tanganku)
“Tapi
bagaimana dengan keluargaku?”
“Kamu
jangan khawatir. Mereka bisa ikut denganmu ke Istana.”
“Benarkah?
Kalau begitu, aku mau menikah denganmu.”
Akhirnya, aku dan
Pangeran pergi ke Istana dan menikah disana. Keluargaku ikut ke Istana dan
tinggal bersamaku disana.
Aku dan Pangeran hidup
bahagia, Kelinci-kelinci pun ikut merasakan kebahagiaan kami berdua.