Minggu, 11 Februari 2018

Cerpen - Misteri Cinta di Seperempat Perjalanan

“Misteri Cinta di Seperempat Perjalanan”

            Suara burung mulai berkicauan. Sinar matahari sudah mulai menyinari alam semesta.
Pagi ini masih sama seperti pagi biasanya, namun ada yang spesial di pagi ini. Aku dan teman-teman akan melaksanakan kemping bersama disekolah, dalam rangka perpisahan kelas. Dilapangan basket tepatnya, teman-teman sudah berkumpul bersama wali kelas. Ternyata mereka sudah lama menunggu kedatanganku.
            “Hey, Rina. Kenapa kamu diam disitu? Ayo cepat kesini, kami sudah lama menunggumu!” teriak salah seorang temanku
(Aku pun bergegas menghampiri mereka)
            Wali kelasku ya bu Winda namanya, beliau mendata seluruh siswa yang mengikuti kegiatan kemping ini.
            “Anak-anak, sudah berkumpul semua? Tolong dicek teman-teman kalian!” Tanya bu Winda
            “Sudah hadir semua bu.” jawabku
            “Baiklah, kalau sudah hadir semua kita mulai kegiatan ini dengan membaca do’a bersama-sama. Selanjutnya kita mulai mendirikan tenda untuk istirahat nanti malam.”
            Masih sama seperti sebelumnya, suasana masih belum tenang, karena seluruh peserta masih sibuk mendirikan tenda.
            Setelah semuanya selesai mendirikan tenda, bu Winda mengumpulkan seluruh peserta untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya.
            “Anak-anak ayo berkumpul!” seru bu Winda
(Seluruh peserta berkumpul)
            “Baik anak-anak, sudah siap untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya?” Tanya bu Winda kepada seluruh peserta
            “Sudah siap bu” Jawab seluruh peserta
            “Baik, jadwal kita sekarang adalah outbond.”
            “Horeeee.” seluruh peserta bersorak
            Kami bersiap-siap, membawa perbekalan yang perlu dibawa. Termasuk makanan dan minuman. Kami sangat menikmati perjalanan yang kami lalui. Berbagai pengalaman dan rintangan kami lewati. Saat ditengah perjalanan, terjadilah sebuah kecelakaan, aku yang sedang menikmati perjalanan tiba-tiba ……… “Awwww, toloooong! Ternyata apa yang terjadi? Aku menginjak paku yang cukup besar, paku itu menancap di kakiku. Darah merah yang masih segar mengalir dari telapak kakiku yang masih tertutupi oleh sepatu. Aku pun menangis kesakitan.
            Ketika teman-temanku yang lain sudah berjalan jauh didepanku. Tiba-tiba Jhoni teman laki-laki sekaligus orang yang aku sukai bergegas menghampiri.
            “Kamu kenapa Rin?” Jhoni bertanya dengan sangat khawatir
            “I…i…ini Jhon, kakiku menginjak paku.” Jawabku sambil menangis kesakitan
            “Coba buka sepatumu biar aku lihat luka di kakimu.”
(Aku pun membuka sepatuku)
            “Ya ampun Rin, luka di kakimu sangat parah.”
            “Jhon, sakit. Aku sudah tidak kuat.” sambil menangis
            “Tunggu ya Rin, biar aku susul  bu Winda dan teman-teman yang lain dulu.” Jhoni berlari sambil berteriak “Bu Windaaaaaa!! Teman-temaaaan!!”
            Bu Winda mendengar suara Jhoni dan menghentikan perjalanannya.
            “Anak-anak, kalian mendengar suara?” Tanya bu Winda kepada para peserta
            “Iya bu, aku mendengar teriakan.” jawab Abel teman dekatku
            “Coba kalian cek teman-teman kalian!”
(Para peserta mengecek teman-temannya)
            “Bu, Rina dan Jhoni tidak ada.” lapor Abel
            “Ya ampun, jangan-jangan tadi suara teriakan Jhoni. Ayo kita kembali , jangan teruskan perjalanan!” bu Winda bergegas dengan penuh rasa khawatir
            Mereka kembali dan tidak meneruskan perjalanannya.
            “Itu Jhoni dan Rina bu.” seru Abel
            “Iya nak, ayo cepat kita kesana!”
            Jhoni masih membersihkan darah di kakiku, perasaanku bercampur aduk. Rasa sakit dan rasa senang menghampiriku saat ini. Laki-laki yang aku sukai dari sejak lama dan sehari-harinya bersikap cuek dan cool. Kini ia sangat memperhatikanku.
            “Jhoni, Rina. Ada apa ini?” Tanya bu Winda
            “Ini bu, Rina kecelakaan” jawab Jhoni
            “Ya sudah, ayo kita kembali ke sekolah. Rina, kamu masih bisa berjalan?” Tanya bu Winda kepada Rina
(Aku masih menangis menahan rasa sakit)
            “Sepertinya Rina masih kesakitan bu, biar saya gendong Rina sampai ke sekolah”. Jhoni berkata sambil menggendongku
            Kami langsung kembali ke sekolah. Saat diperjalanan ………
            “Jhon, maaf ya sudah merepotkan kamu.”
            “Udahlah, tidak apa-apa Rin, lagian ini sebuah kecelakaan.” jawab Jhoni
            Kami kembali ke sekolah dengan berjalan kaki, Jhoni menggendongku sampai ke sekolah. Perasaan campur adukku datang kembali. Ada yang aneh dengan Jhoni, kenapa Jhoni bisa sampai perhatian seperti ini kepadaku?
            Setibanya di sekolah, hari pun sudah gelap. Kami beristirahat. Malam harinya kami membuat api unggun. Saat semua orang sedang bersenang-senang, aku hanya duduk sambil menahan dinginnya malam. Lalu tiba-tiba Jhoni menghampiriku sambil membawakanku satu buah mantel kecil.
            “Hey Rin, bagaimana keadaanmu sekarang?”
            “Kakiku masih terasa sakit.”
“Ya sudah, kamu istirahat yang cukup. Ini aku bawakan kamu mantel untuk menghilangkan rasa dingin”. Sambil memakaikan sebuah mantel kepadaku
“Makasih ya Jhon”. Sambil tersenyum manis
“Rin, semenjak kejadian tadi siang tidak tau kenapa perasaanku jadi berbeda sama kamu, setelah aku pikir-pikir. Ada salahnya tidak jika aku menyukaikmu?” Jhoni mengawali pembicaraan
“Apa kamu tidak salah Jhon, berkata seperti itu kepadaku?”
“Tidak Rin, perasaan ini tulus. Sepertinya cintaku bersemi di Seperempat Perjalanan tadi. Saat aku menolongmu dari kecelakaan”
“Ta…tapi Jhon. Kalau boleh jujur sudah lama juga aku menyimpan peerasaan yang sama”.
“Serius kamu Rin? Kalau begitu, mau tidak kamu jadi pacar aku?”
“Apa tidak terlalu cepat?”
“Tidak! Aku sudah tidak bisa membohongi perasaanku ini. Kalau kamu mau, kita jadikan perpisahan ini sebagai awal dari kebahagiaan kita dan kita jadikan api unggun yang menyala disana menjadi saksi cinta kita berdua”. Jhoni menjelaskan isi hatinya
“Maaf Jhon! Aku tidak bisa. Ini sungguh terlalu cepat”. aku masuk kedalam tenda
Waktu menunjukkan pukul 00.00 WIB. Disaat semua orang sudah memasuki tendanya masing-masing. Aku belum tertidur. Angin diluar sana tiba-tiba menghembus sangat kencang, api unggun yang tadinya menyala sangat terang, kini padam oleh tiupan angin. Bulu kudukku tiba-tiba berdiri. Saat teman-temanku sudah tertidur, tiba-tiba aku ingin membuang air kecil. Aku tidak berani membangunkan temanku Abel yang sedang teridur  lelap. Aku melawan rasa takutku untuk pergi membuang air kecil ke kamar mandi.
Setibanya di kamar mandi, tiupan angin itu semakin kencang. Bulu kudukku semakin merinding. Saat aku tiba dikamar mandi laki-laki, kebetulan kamar mandi di sekolah ku jarak antara kamar mandi laki-laki dan perempuan bersebelahan. Aku mendengar suara siraman air di kamar mandi perempuan. Aku semakin takut, tidak lama kemudian terlihat sebuah gayung melayang sedang menyiramkan air. Aku berlari terbirit-birit sambil berteriak.
“Toloong-tolongg!” namun tidak ada yang mendengar suara teriakanku. Sambil berlari kembali ke tenda, aku terpaksa harus membuang ari kecil dicelana karena sudah tidak tahan.
Pagi harinya, semua peserta bersiap-siap ke kamar mandi. Saat Abel hendak memasukki kamar mandi, tiba-tiba Abel berteriak dan berlari kembali ke tenda.
“Tolong-tolong!” Abel panik
“Ada apa Bel?” aku mencoba menenangkan Abel
“Ayo Rin, ikut aku” Abel menarik aku ke kamar mandi
“Bu Winda, teman-teman ayo ikut!” Abel juga menarik yang lainnya
(Setibanya dikamar mandi)
            “Lihat itu!” Abel menunjuk ke arah laki-laki yang sedang terbaring dipenuhi oleh darah
            Setelah kami lihat. Ternyata laki-laki itu adalah Jhoni. Aku langsung tidak sadarkan diri melihat Jhoni dalam keadaan sudah tidak bernyawa, lalu teman-temanku membawaku kembali ke tenda. Setelah aku sadar, Abel memberiku selembar kertas yang dipenuhi oleh darah, yang ditemukan disaku celana Jhoni. Ternyata kertas itu adalah surat terakhir dari Jhoni untukku.
            “Biar aku bacakan isi surat ini Rin” kata Abel
(Abel membacakan isi surat itu sampai selelsai)

            Dari isi surat itu, ternyata Jhoni sudah lama menyimpan perasaan kepadaku. Dia bersikap cuek dan cool hanya sekedar menutupi rasa cintanya. Namun, setelah kejadian kemarin, Jhoni tidak bisa lagi memendam perasaannya. Lalu dia memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya kepadaku. Namun, jawaban yang aku berikan telah membuat Jhoni putus asa dan akhirnya nekad untuk bunuh diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerpen - Misteri Cinta di Seperempat Perjalanan

“Misteri Cinta di Seperempat Perjalanan”             Suara burung mulai berkicauan. Sinar matahari sudah mulai menyinari alam semesta. ...