“Misteri
Cinta di Seperempat Perjalanan”
Suara
burung mulai berkicauan. Sinar matahari sudah mulai menyinari alam semesta.
Pagi ini masih sama seperti pagi
biasanya, namun ada yang spesial di pagi ini. Aku dan teman-teman akan
melaksanakan kemping bersama disekolah, dalam rangka perpisahan kelas. Dilapangan
basket tepatnya, teman-teman sudah berkumpul bersama wali kelas. Ternyata
mereka sudah lama menunggu kedatanganku.
“Hey,
Rina. Kenapa kamu diam disitu? Ayo cepat kesini, kami sudah lama menunggumu!”
teriak salah seorang temanku
(Aku pun bergegas menghampiri mereka)
Wali kelasku
ya bu Winda namanya, beliau mendata seluruh siswa yang mengikuti kegiatan
kemping ini.
“Anak-anak,
sudah berkumpul semua? Tolong dicek teman-teman kalian!” Tanya bu Winda
“Sudah
hadir semua bu.” jawabku
“Baiklah,
kalau sudah hadir semua kita mulai kegiatan ini dengan membaca do’a
bersama-sama. Selanjutnya kita mulai mendirikan tenda untuk istirahat nanti
malam.”
Masih
sama seperti sebelumnya, suasana masih belum tenang, karena seluruh peserta
masih sibuk mendirikan tenda.
Setelah
semuanya selesai mendirikan tenda, bu Winda mengumpulkan seluruh peserta untuk
melaksanakan kegiatan selanjutnya.
“Anak-anak
ayo berkumpul!” seru bu Winda
(Seluruh peserta berkumpul)
“Baik
anak-anak, sudah siap untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya?” Tanya bu Winda
kepada seluruh peserta
“Sudah siap bu” Jawab seluruh
peserta
“Baik,
jadwal kita sekarang adalah outbond.”
“Horeeee.”
seluruh peserta bersorak
Kami bersiap-siap,
membawa perbekalan yang perlu dibawa. Termasuk makanan dan minuman. Kami sangat
menikmati perjalanan yang kami lalui. Berbagai pengalaman dan rintangan kami
lewati. Saat ditengah perjalanan, terjadilah sebuah kecelakaan, aku yang sedang
menikmati perjalanan tiba-tiba ……… “Awwww, toloooong! Ternyata apa yang
terjadi? Aku menginjak paku yang cukup besar, paku itu menancap di kakiku.
Darah merah yang masih segar mengalir dari telapak kakiku yang masih tertutupi
oleh sepatu. Aku pun menangis kesakitan.
Ketika
teman-temanku yang lain sudah berjalan jauh didepanku. Tiba-tiba Jhoni teman
laki-laki sekaligus orang yang aku sukai bergegas menghampiri.
“Kamu
kenapa Rin?” Jhoni bertanya dengan sangat khawatir
“I…i…ini
Jhon, kakiku menginjak paku.” Jawabku sambil menangis kesakitan
“Coba
buka sepatumu biar aku lihat luka di kakimu.”
(Aku pun membuka sepatuku)
“Ya
ampun Rin, luka di kakimu sangat parah.”
“Jhon,
sakit. Aku sudah tidak kuat.” sambil menangis
“Tunggu
ya Rin, biar aku susul bu Winda dan
teman-teman yang lain dulu.” Jhoni berlari sambil berteriak “Bu Windaaaaaa!!
Teman-temaaaan!!”
Bu
Winda mendengar suara Jhoni dan menghentikan perjalanannya.
“Anak-anak,
kalian mendengar suara?” Tanya bu Winda kepada para peserta
“Iya
bu, aku mendengar teriakan.” jawab Abel teman dekatku
“Coba
kalian cek teman-teman kalian!”
(Para
peserta mengecek teman-temannya)
“Bu,
Rina dan Jhoni tidak ada.” lapor Abel
“Ya
ampun, jangan-jangan tadi suara teriakan Jhoni. Ayo kita kembali , jangan
teruskan perjalanan!” bu Winda bergegas dengan penuh rasa khawatir
Mereka
kembali dan tidak meneruskan perjalanannya.
“Itu
Jhoni dan Rina bu.” seru Abel
“Iya
nak, ayo cepat kita kesana!”
Jhoni
masih membersihkan darah di kakiku, perasaanku bercampur aduk. Rasa sakit dan
rasa senang menghampiriku saat ini. Laki-laki yang aku sukai dari sejak lama
dan sehari-harinya bersikap cuek dan cool. Kini ia sangat memperhatikanku.
“Jhoni,
Rina. Ada apa ini?” Tanya bu Winda
“Ini
bu, Rina kecelakaan” jawab Jhoni
“Ya
sudah, ayo kita kembali ke sekolah. Rina, kamu masih bisa berjalan?” Tanya bu
Winda kepada Rina
(Aku masih menangis menahan rasa sakit)
“Sepertinya
Rina masih kesakitan bu, biar saya gendong Rina sampai ke sekolah”. Jhoni
berkata sambil menggendongku
Kami
langsung kembali ke sekolah. Saat diperjalanan ………
“Jhon,
maaf ya sudah merepotkan kamu.”
“Udahlah,
tidak apa-apa Rin, lagian ini sebuah kecelakaan.” jawab Jhoni
Kami
kembali ke sekolah dengan berjalan kaki, Jhoni menggendongku sampai ke sekolah.
Perasaan campur adukku datang kembali. Ada yang aneh dengan Jhoni, kenapa Jhoni
bisa sampai perhatian seperti ini kepadaku?
Setibanya di sekolah, hari pun sudah
gelap. Kami beristirahat. Malam harinya kami membuat api unggun. Saat semua
orang sedang bersenang-senang, aku hanya duduk sambil menahan dinginnya malam.
Lalu tiba-tiba Jhoni menghampiriku sambil membawakanku satu buah mantel kecil.
“Hey
Rin, bagaimana keadaanmu sekarang?”
“Kakiku
masih terasa sakit.”
“Ya sudah, kamu istirahat yang cukup.
Ini aku bawakan kamu mantel untuk menghilangkan rasa dingin”. Sambil memakaikan
sebuah mantel kepadaku
“Makasih ya Jhon”. Sambil tersenyum
manis
“Rin, semenjak kejadian tadi siang
tidak tau kenapa perasaanku jadi berbeda sama kamu, setelah aku pikir-pikir.
Ada salahnya tidak jika aku menyukaikmu?” Jhoni mengawali pembicaraan
“Apa kamu tidak salah Jhon, berkata
seperti itu kepadaku?”
“Tidak Rin, perasaan ini tulus.
Sepertinya cintaku bersemi di Seperempat Perjalanan tadi. Saat aku menolongmu
dari kecelakaan”
“Ta…tapi Jhon. Kalau boleh jujur
sudah lama juga aku menyimpan peerasaan yang sama”.
“Serius kamu Rin? Kalau begitu, mau
tidak kamu jadi pacar aku?”
“Apa tidak terlalu cepat?”
“Tidak! Aku sudah tidak bisa
membohongi perasaanku ini. Kalau kamu mau, kita jadikan perpisahan ini sebagai
awal dari kebahagiaan kita dan kita jadikan api unggun yang menyala disana
menjadi saksi cinta kita berdua”. Jhoni menjelaskan isi hatinya
“Maaf Jhon! Aku tidak bisa. Ini
sungguh terlalu cepat”. aku masuk kedalam tenda
Waktu menunjukkan pukul 00.00 WIB.
Disaat semua orang sudah memasuki tendanya masing-masing. Aku belum tertidur.
Angin diluar sana tiba-tiba menghembus sangat kencang, api unggun yang tadinya
menyala sangat terang, kini padam oleh tiupan angin. Bulu kudukku tiba-tiba
berdiri. Saat teman-temanku sudah tertidur, tiba-tiba aku ingin membuang air
kecil. Aku tidak berani membangunkan temanku Abel yang sedang teridur lelap. Aku melawan rasa takutku untuk pergi
membuang air kecil ke kamar mandi.
Setibanya di kamar mandi, tiupan
angin itu semakin kencang. Bulu kudukku semakin merinding. Saat aku tiba
dikamar mandi laki-laki, kebetulan kamar mandi di sekolah ku jarak antara kamar
mandi laki-laki dan perempuan bersebelahan. Aku mendengar suara siraman air di kamar
mandi perempuan. Aku semakin takut, tidak lama kemudian terlihat sebuah gayung
melayang sedang menyiramkan air. Aku berlari terbirit-birit sambil berteriak.
“Toloong-tolongg!” namun tidak ada
yang mendengar suara teriakanku. Sambil berlari kembali ke tenda, aku terpaksa
harus membuang ari kecil dicelana karena sudah tidak tahan.
Pagi harinya, semua peserta
bersiap-siap ke kamar mandi. Saat Abel hendak memasukki kamar mandi, tiba-tiba
Abel berteriak dan berlari kembali ke tenda.
“Tolong-tolong!” Abel panik
“Ada apa Bel?” aku mencoba
menenangkan Abel
“Ayo Rin, ikut aku” Abel menarik aku
ke kamar mandi
“Bu Winda, teman-teman ayo ikut!”
Abel juga menarik yang lainnya
(Setibanya dikamar mandi)
“Lihat
itu!” Abel menunjuk ke arah laki-laki yang sedang terbaring dipenuhi oleh darah
Setelah
kami lihat. Ternyata laki-laki itu adalah Jhoni. Aku langsung tidak sadarkan
diri melihat Jhoni dalam keadaan sudah tidak bernyawa, lalu teman-temanku
membawaku kembali ke tenda. Setelah aku sadar, Abel memberiku selembar kertas
yang dipenuhi oleh darah, yang ditemukan disaku celana Jhoni. Ternyata kertas
itu adalah surat terakhir dari Jhoni untukku.
“Biar
aku bacakan isi surat ini Rin” kata Abel
(Abel membacakan isi surat itu sampai selelsai)
Dari isi surat itu, ternyata Jhoni
sudah lama menyimpan perasaan kepadaku. Dia bersikap cuek dan cool hanya
sekedar menutupi rasa cintanya. Namun, setelah kejadian kemarin, Jhoni tidak
bisa lagi memendam perasaannya. Lalu dia memberanikan diri untuk menyatakan
perasaannya kepadaku. Namun, jawaban yang aku berikan telah membuat Jhoni putus
asa dan akhirnya nekad untuk bunuh diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar