Rabu, 20 September 2017

Cerpen - Pangeran Kelinci

"Pangeran Kelinci"
Siang itu, tepatnya di Taman Kelinci. Aku dan Reina sedang asyik bermain bersama kelinci-kelinci yang ada disana. Kelinci-kelinci itu sangat lucu, ingin sekali aku membawa pulang kelinci-kelinci itu.
            Panasnya terik matahari tidak mengurangi kebahagiaanku bersama Reina yang sedang asyik bermain.
            “Waaaw, coba liat Ri! Kelincinya sangat lucu. Ingin sekali aku membawanya kerumah.” Reina terlihat sangat menginginkan kelinci itu
            “Iya Rei, aku pun sama. Ingin sekali membawanya kerumah. Nyaman rasanya berada disini, di temani kelinci-kelinci yang begitu lucu.”
(Sambil menikmati keindahan di Taman Kelinci)
            “Kalau begitu, kapan-kapan kita main lagi kesini ya.”
            “Oke sip. Sekarang kita pulang yuk! Udah sore nih kayaknya.” Ajakku kepada Reina
Hari sudah mulai gelap. Aku dan Reina pun meninggalkan tempat itu, dengan mencium satu-persatu kelinci itu.
(Kami pun meninggalkan Taman Kelinci)
            Setibanya dirumah, kami langsung masuk ke kamar masing-masing. Kebetulan kamar Reina bersebelahan dengan kamarku. Aku dan Reina adalah saudara kembar. Umur Reina lebih muda dari umurku.
(Saat larut malam)
            Tiba-tiba ….
            “Rianiiiii, cepat buka pintunya! Aku ingin masuk.” Teriak Reina sambil mengetuk pintu kamarku
            “Sebentar Rei, aku sedang di kamar mandi.” jawabku
            Reina sepertinya ketakutan, entah ada apa. Dia terus-menerus mengetuk pintu kamarku. Kebetulan Ayah dan Ibu sedang pergi ke luar kota, jadi dirumah tinggal kami berdua.
(Saat kubuka pintu)
            “Ada apa Rei? Kenapa harus teriak-teriak sih? Berisik tau!.”
            “Ta..ta..di diluar terdengar ada yang mengetuk pintu.”
(Reina terlihat sangat ketakutan)
            “Siapa? Terus kenapa itu kamu membawa kelinci kesini? Bukannya itu kelinci tadi siang?” tanyaku
            “Makanya aku teriak-teriak Ri, pas aku membuka pintu tidak ada siapa-siapa diluar, yang aku lihat hanya seekor kelinci putih. Pokonya malam ini aku harus tidur di kamar kamu (titik).” Nada memaksa
            “Ya sudah, cepat masuk! Simpan kelinci itu di ujung dekat pintu. Kita kembalikan kelinci itu besok sepulang dari Kampus.”
            Keesokan harinya, saat aku bangun. Reina masih terlelap tidur, kemudian aku melihat ke ujung dekat pintu, tidak terlihat seekor kelinci putih.
“Banguuuuun Rey!” aku berteriak
            “Ada apa Riani? Masih pagi sudah teriak-teriak.”
            “Coba lihat kesana!”
(Menunjuk ke ujung dekat pintu)
            “Loh! Kelincinya kemana Ri?” Reina terlihat kaget
            “Itu yang mau aku tanyakan sama kamu, kamu bawa kemana kelinci itu?”
            “Kenapa jadi nyalahin aku Ri? Kan semalam aku langsung tidur sama kamu.” Jelas Reina
            “Ya sudah, sekarang kamu cepat mandi! Nanti sepulang dari Kampus kita lihat ke Taman Kelinci.”
            “Siap!” jawab Reina
(Reina pun pergi ke kamar mandi)
            Sepulang dari Kampus, aku dan Reina langsung menuju Taman Kelinci. Saat tiba disana, terlihat kelinci-kelinci itu menyambut kedatangan kami. Setibanya di lokasi tempat kami bermain kemarin, terlihat kelinci putih yang semalam ada dirumah.
            “Ri, coba lihat kelinci itu!”
(Menunjuk kearah kelinci putih)
            “Iya, itu kelinci semalam yang ada dirumah. Kok bisa ada disini ya?” tanyaku
            “Mana aku tau? Semalaman kelinci itu sudah membuat aku ketakutan, sekarang malah membuat aku kebingungan.” Reina mulai kebingungan
            “Ya sudah, setidaknya kita sudah memastikan ke tempat ini. Sekarang kita pulang saja. Kelinci itu sudah aman sekarang.” Ajakku kepada Reina
            Siang berganti malam, Ayah dan Ibu masih di luar kota untuk menjalankan tugas kantor. Saat aku terlelap tidur, tiba-tiba aku bermimpi. Ada seekor kelinci putih mendatangiku, kemudian kelinci putih itu berubah menjadi seorang Pangeran yang sangat tampan dengan menggunakan pakaian kerajaan. Pangeran itu menyapaku dengan tutur kata yang begitu lembut.
            “Wahai Bidadariku. Apakabarmu disana?” sapa sang Pangeran
            “Wahai Pangeran, siapakah kamu sebenarnya?” tanyaku
            “Masih ingatkah kamu, saat hendak menciumku?”
            “Apa? Mencium? Aku tidak pernah mencium siapapun, apalagi mencium Pangeran tampan sepertimu.”
            Matahari mulai bersinar, membangunkanku dari mimpi semalam. Aku terbangun dan langsung menuju kamar mandi.
(Saat aku keluar kamar)
Sudah terlihat Reina sedang sarapan. Saat aku melihat kebawah meja, terlihat seekor kelinci putih itu.
(Aku mendekat kearah meja, sambil membawa kelinci putih itu)
            “Rei, kenapa kelincinya bisa ada disini lagi?” tanyaku kebingungan
            “Iya Ri, jadi begini ceritanya. Semalam saat kamu sedang tidur, aku mendengar suara ketukan pintu lagi. Saat aku buka, seperti malam kemarin tidak ada siapa-siapa di luar, tetapi hanya ada seekor kelinci. Kali ini aku tidak ketakutan, karena ini sudah yang kedua kalinya dan aku memutuskan untuk menyimpan kelinci ini di kamar. Sengaja aku bawa keluar, karena akan aku beri makan.” Jelas Reina
(Reina membawa kelinci itu dari tanganku)
            “Kamu tidak ada rencana untuk mengembalikan kelinci itu?” tanyaku
            “Sepertinya tidak. Akan aku rawat kelinci ini.”
            “Baiklah, aku akan ikut merawat kelinci itu.”
            Kami berdua berangkat ke Kampus menggunakan mobil pribadi, tanpa membawa kelinci putih itu. Seperti hari-hari biasanya, hari ini jadwal Reina yang menyetir. Saat di perjalanan, aku menceritakan tentang mimpiku semalam kepada Reina.
(Saat diperjalanan)
            “Haha seriusan lo Ri?” nada mengejek
            “Serius Rei, aku memimpikan kelinci putih itu.” Mencoba menjelaskan
            “Ah kamu. Parno banget sih, sampai harus terbawa mimpi.”
            Setibanya di Kampus aku dan Reina melakukan pembelajaran seperti biasanya.
            Saat perjalanan pulang, terasa ada yang aneh. Sepanjang perjalanan seperti ada yang mengikuti. Saat melewati Taman Kelinci, aku meminta Reina untuk berhenti. Tetapi Reina ingin cepat pulang. Setelah aku paksa, akhirnya Reina mengalah.
(Kami berhenti di Taman Kelinci)
            “Jangan lama-lama ya Ri!”
            “Iya Rei, tidak akan lama kok.”
            “Ya sudah, ayo kita masuk.”
            “Asiikkk. Makasih banyak Rei.” Aku sangat senang
            Aku dan Reina masuk ke Taman Kelinci, di bangku tepatnya di bawah pohon beringin yang sangat besar terlihat sosok lelaki yang sedang asyik bermain dengan kelinci.
(Saat aku mendekat, tanpa menimbulkan suara)
Ya Tuhan. Dia adalah Pangeran yang datang ke mimpiku semalam.
“Rei, kamu ingat dengan mimpiku semalam yang aku ceritakan tadi pagi?”
“Iya, aku ingat. Emangnya kenapa Ri? Tanya Reina
“Coba lihat lelaki itu.”
(Menunjuk kearah lelaki yang sedang duduk dibangku)
“Dia adalah Pangeran yang datang ke mimpiku semalam.” jelasku
“Wah? Seriusan kamu Ri? Coba kamu tanya, temui dia.” Rei menyuruhku mendekati lelaki itu
“Baik akan aku coba.”
(Aku pun memberanikan diri untuk menemuinya)
Lelaki itu memakai pakaian kerajaan yang dia kenakan saat berada di mimpiku. Saat aku hendak menyapa. Tiba-tiba …
            “Ayo kemari, duduklah di sampingku.” Terdengar suara yang sangat lembut dari arah lelaki itu
“Kenapa kamu bisa tau ada aku di belakangmu?”
            “Aku bisa merasakannya.” Jelas lelaki itu
(Aku pun duduk di sampingnya)
Lelaki itu sangat tampan, wajahnya bercahaya dan tubuhnya sangat gagah. Perasaanku tidak karuan saat berada didekatnya. Tidak lama kemudian …
            “Ada apa kamu kesini? Kamu masih belum ingat siapa yang kamu cium?” lelaki itu membuka pembicaraan
            Aku terdiam, aku bingung kenapa perkataan lelaki itu sama percis dengan yang di mimpi.
            “Kenapa diam? Tidak usah bingung, aku Pangeran yang datang ke mimpimu semalam.”
            “Lalu mau apa kamu datang ke mimpiku?”
            “Kamu ingat dua hari yang lalu? Saat kamu bersama adikmu bermain disini?”
            “Ya aku ingat, lalu apa hubungannya dengan mimpi itu?”
            “Kamu ingat siapa yang pertama kali kamu cium disini?” mencoba menjelaskan
(Terdiam sejenak, mengingat kejadian dua hari yang lalu)
            “Oh iya. Seingat aku, hanya kelinci putih yang aku cium.”
            “Asalkan kamu tau, kelinci putih yang kamu cium itu adalah aku.” Jelas sang Pangeran
            “Hah! Apa? Tidak mungkin.”
Aku sangat kaget, saat mendengar penjelasan darinya. Ternyata kelinci putih yang sangat lucu itu adalah seorang Pangeran tampan.
            “Kamu tidak usah takut, kelinci itu memang aku. Asalkan kamu tau juga, kamu adalah orang yang pertama kali menciumku.”
(Sambil memegang tanganku)
            “Aku minta maaf, atas kelancanganku Pangeran.” Sambil menangis
            “Kamu jangan khawatir, dan kamu jangan bersedih.”
(Pangeran pun mengusap air mataku)
“Pada saat kamu menciumku, sebenarnya kamu telah membantuku menghilangkan kutukan ini. Sehingga aku bisa berubah wujud menjadi manusia kembali, setelah beberapa tahun menjadi seekor kelinci.”
“Apa? Kutukan?”
“Ya, Kutukan. Aku sangat berterimakasih kepadamu. Itu alasanku kenapa aku datang kedalam mimpimu.” Pangeran terus menjelaskan yang sebenarnya
            “Lalu sekarang aku harus bagaimana?”
(Masih terus menangis, karena rasa bersalah)
            “Untuk membayar semuanya. Maukah kamu menjadi Ratu di Kerajaanku? Maukah kamu menikah denganku dan ikut bersamaku ke Istana?”
(Sambil berlutut dan menggenggam kedua tanganku)
            “Tapi bagaimana dengan keluargaku?”
            “Kamu jangan khawatir. Mereka bisa ikut denganmu ke Istana.”
            “Benarkah? Kalau begitu, aku mau menikah denganmu.”
Akhirnya, aku dan Pangeran pergi ke Istana dan menikah disana. Keluargaku ikut ke Istana dan tinggal bersamaku disana.

Aku dan Pangeran hidup bahagia, Kelinci-kelinci pun ikut merasakan kebahagiaan kami berdua.

Cerpen - Misteri Cinta di Seperempat Perjalanan

“Misteri Cinta di Seperempat Perjalanan”             Suara burung mulai berkicauan. Sinar matahari sudah mulai menyinari alam semesta. ...